Rabu, 28 Desember 2011

sejenak di depan masjid


Sejenak di depan Masjid (Pada jiwa yang rindu)
Basuh sekujur renta pada karat jiwa sementara air
wudhu itu menetes satu persatu basahi angkara pada wajah kita
Tangan,kaki dan kepala kita mengucur darah pengharapan pada jenak memandang pintu surau nan keagungan
"pintu ini masih tetap kokoh, sementara kita jarang menjenguknya"

Basuh muka kita bersama tetes airmata jiwa yang
kembara menatap ubin surau ini nan kedinginan
Lalu kita berkata,"Allah, apakah layak kami membentang
sajadah pada kaki yang hilang tapak entah kemana?"
Lalu jiwa kita menangis,"Allah, masih adakah waktu sebelum wudhu kami ini hilang tersaput angin?"

Basuh asa kita akan kesucian cinta ilahiyah
Allah suntingkan melati pada jiwa, lindungi batu dalam jiwa,
bakarkan api hangatkan jiwa, siramkan air sejukkan
jiwa

Basuh semangat kita bak roda yang ditarik kuda terhela
Allah, satukan jiwa kami pada napas asma-Mu mulia,
bawa langkah kami pada derap-Mu membahana, ucap kata
kami pada seru-Mu tak berhingga, hadap wajah kami
pada masjid-Mu nan perkasa.

Lalu kita ambil sajadah itu dengan berlinang airmata
Getar tangan menahan buncah pengharapan tak tertahan kuasa
Bentang beludunya pada kiblat keagungan nan berkilat cahaya
Bentang rumbainya pada ampunan dan sejuknya berkah
Bentang lukisannya pada jihad suci jiwa kita di hadapan-Nya

Kita kemudian bersimpuh dalam luluh dan jatuh dalam tersedu
Kita kemudian tengadah dalam karat akan berjuta asa yang berbatu
Kita akhirnya berbisik lirih,"Allah,kami bentang
sajadah ini dalam tak berujungnya rindu"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar